Burung
kepodang berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor hingga
paruh berkisar 25 cm. Salah 1 kecantikan burung Kepodang ini karena
doski menyalahi kodrat dunia perburungan. Dalam dunia burung, burung
yang berwarna cerah (Merah dan Kuning) biasanya hanya berkicau yang
itu-itu saja, alias tidak bisa dimaster (menirukan) suara burung lain.
Kicauan Kepodang merdu dan kencang, seperti alunan suara seruling.
Burung Kepodang juga sangat pandai menirukan suara Cucakrawa, Muraibatu,
Kacer dan Trucukan. Bunyi khas suara kepodang sendiri sangat unik,
keras dan jelas “tu-lu” sehingga masyarakat desa ada yang menyebutnya
burung Pitu Wolu.
Keunikan lainya, kepodang sangat menjaga
kebersihan tubuhnya. Kebalikan dengan burung Jalak hitam yang cenderung
kemproh klo diberi makan buah2an.
Mitos
Bagi orang
Jawa, burung ini sering disembelih untuk dimakan dagingnya dalam acara
tingkepan atau 7 bulanan. Dengan tujuan agar si jabang bayi nanti bisa
terlahir tampan/cantik seperti burung ini. :roll:
Adapun bagi orang Sunda, burung ini dipercaya bisa membawa Hoki dan menolak santet jika dipelihara di rumah.
Si Kepodang juga dijadikan maskot bagi provinsi Jawa Tengah, kepodang
dipahami sebagai burung berwarna kuning, yang mengandung makna
filosofis sebagai generasi muda, anak, keindahan, kekompakan, dan
keserasian.
Habitat
Wilayah persebarannya cukup luas,
mulai dari daratan China, Asia Tengah (India, Bangladesh, dan Srilanka),
hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di negeri kita, kepodang bisa
dijumpai mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara. Di Jawa dan Bali, kepodang lebih sering berada di pepohonan
pada dataran rendah.
Makanan utamanya adalah buah dan serangga
berukuran besar. Ada keunikan dari burung ini, yaitu sering menculik
anakan burung kecil dari sarangnya untuk dimakan. Karena alasan itulah,
kepodang sering diusir burung-burung lain pada musim berkembang biak.
Konservasi
Meski IUCN Red List menempatkan burung kepodang dalam status Least
Concern / LC (Risiko Rendah), fakta di lapangan berbicara lain: makin
sulit menemukan kepodang di alam liar, khususnya di Jawa. Harusnya
PemProv Jateng yang telah menetapkan burung ini sebagai maskotnya berani
menetapkanya sebagai burung yang dilindungi dan memulai penangkaran
sebagaimana nasib “Jalak Putih” di Bali.
Harga
Permintaan pasar pada si Kepodang cukup stabil, asal ada barang
burungnya pasti ada yang beli. Tapi masalahnya, supply burung yang satu
ini hanya berasal dari penangkapan Alam Liar, belum ada upaya
penangkaran.
Di Ponorogo-Madiun burung anakan dihargai 300ribu, sedang yang dewasa mencapai 600ribu bila sudah Gacor bisa sampai 1juta.
Jenis
Ada tiga jenis Kepodang yang dikenal:
1) Kepodang Emas yang berparuh pink dan berbulu kuning menyala, harga lumayan mahal
2) Kepodang Kapur yang hampir serupa dengan emas tapi berparuh hitam dan
3) Kepodang Batu yang berwarna kuning kusam dan berparuh hitam
Kicauan Kepodang merdu dan kencang, seperti alunan suara seruling. Burung Kepodang juga sangat pandai menirukan suara Cucakrawa, Muraibatu, Kacer dan Trucukan. Bunyi khas suara kepodang sendiri sangat unik, keras dan jelas “tu-lu” sehingga masyarakat desa ada yang menyebutnya burung Pitu Wolu.
Keunikan lainya, kepodang sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kebalikan dengan burung Jalak hitam yang cenderung kemproh klo diberi makan buah2an.
Mitos
Bagi orang Jawa, burung ini sering disembelih untuk dimakan dagingnya dalam acara tingkepan atau 7 bulanan. Dengan tujuan agar si jabang bayi nanti bisa terlahir tampan/cantik seperti burung ini. :roll:
Adapun bagi orang Sunda, burung ini dipercaya bisa membawa Hoki dan menolak santet jika dipelihara di rumah.
Si Kepodang juga dijadikan maskot bagi provinsi Jawa Tengah, kepodang dipahami sebagai burung berwarna kuning, yang mengandung makna filosofis sebagai generasi muda, anak, keindahan, kekompakan, dan keserasian.
Habitat
Wilayah persebarannya cukup luas, mulai dari daratan China, Asia Tengah (India, Bangladesh, dan Srilanka), hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di negeri kita, kepodang bisa dijumpai mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Di Jawa dan Bali, kepodang lebih sering berada di pepohonan pada dataran rendah.
Makanan utamanya adalah buah dan serangga berukuran besar. Ada keunikan dari burung ini, yaitu sering menculik anakan burung kecil dari sarangnya untuk dimakan. Karena alasan itulah, kepodang sering diusir burung-burung lain pada musim berkembang biak.
Konservasi
Meski IUCN Red List menempatkan burung kepodang dalam status Least Concern / LC (Risiko Rendah), fakta di lapangan berbicara lain: makin sulit menemukan kepodang di alam liar, khususnya di Jawa. Harusnya PemProv Jateng yang telah menetapkan burung ini sebagai maskotnya berani menetapkanya sebagai burung yang dilindungi dan memulai penangkaran sebagaimana nasib “Jalak Putih” di Bali.
Harga
Permintaan pasar pada si Kepodang cukup stabil, asal ada barang burungnya pasti ada yang beli. Tapi masalahnya, supply burung yang satu ini hanya berasal dari penangkapan Alam Liar, belum ada upaya penangkaran.
Di Ponorogo-Madiun burung anakan dihargai 300ribu, sedang yang dewasa mencapai 600ribu bila sudah Gacor bisa sampai 1juta.
Jenis
Ada tiga jenis Kepodang yang dikenal:
1) Kepodang Emas yang berparuh pink dan berbulu kuning menyala, harga lumayan mahal
2) Kepodang Kapur yang hampir serupa dengan emas tapi berparuh hitam dan
3) Kepodang Batu yang berwarna kuning kusam dan berparuh hitam
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus